Cerita Rakyat Kabupaten Jombang (Kebo-Kicak)

http://motifunny.blogspot.com/2012/12/cerita-rakyat-kabupaten-jombang-kebo.html




Bagi si penelurus cerita rakyat, cerita kuno Kebokicak yang telah berkembang menjadi cerita tutur di wilayah Jombang bukanlah perkara gampang untuk dibabar-tuliskan. Satu sisi “sang cerita” telah menempat terutama pada ingatan orang-orang sepuh, dan hal itu sangat memungkinkan untuk terceritakan kembali pada orang lain, pada generasi selanjutnya. Satu kesulitan lain adalah cerita tersebut hingga saat ini tak tertuliskan, atau seandainya sudah ada yang menuliskannya, kita belum mengetahuinya. Artinya dalam konteks filologis adakah manuskrip ihwal cerita Kebokicak nyata-nyata tertemukan dan memiliki jarak masa tertentu sebagaimana yang secara akademis memenuhi persyaratan sebagai sumber keilmuan yang otentik dan akurat, misalnya naskah tersebut telah diserat oleh seorang pujangga di masa lampau, mungkin masanya bisa seratusan tahun silam, dan karenanya jika memang itu ada dapatlah dijadikan rujukan.

Maka yang fiksi dan yang fakta atas nama sebuah cerita, untuk sementara, kita posisikan dulu cerita Kebokicak itu di tengah-tengahnya. Boleh jadi cerita ini adalah dongeng, dan dongeng merupakan jalinan pengisahan dari masa ke masa yang berfungsi sebagai klangenan atau penandaan dari ritus sosial dan muasal lokus yang melatarinya.

Terkait itu, satu gerakan literasi dalam bentuk pelacakan cerita Kebokicak yang dilakukan mahasiswa STKIP PGRI Jombang angkatan 2007, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, patut diapresiasi. Mereka melakukan penelusuran ke berbagai narasumber di Jombang, untuk selanjutnya dibukukan dengan judul Kebokicak Karang Kejambon (Saduran Cerita Rakyat Jombang).

Ada 13 versi cerita Kebokicak di sini yang tidak mengisahkan secara keseluruhan, namun dalam bentuk fragmen atau petilan: 1. Kebokicak Karang Kejambon (Versi Ketoprak). Narasumber: Ki Waras, usia 56 tahun, pimpinan ketoprak dan campursari dari Kedung Doro, Kecamatan Tembelang. 2. Hitam Tidak Menutup Putih (Kemenangan Surontanu), narasumber: Mohammad Kosim, 80 tahun, pemain ketoprak dari Dusun Tengaran RT 1/RW 1, Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan. 3. Desa Randu Watang. Narasumber: Ponari, 58 tahun, tokoh masyarakat dari Dusun Dero, Desa Kedung Betik, Kecamatan Kesamben. dll.

Dari semua petilan cerita Kebokicak di dalam buku tersebut menghadirkan corak yang berbeda-beda. Ada beberapa yang singkron. Ada juga yang untuk sementara perlu diperjelas manakah pakem atau cerita baku dari keseluruhan cerita Kebokicak. Sebab tak ada otoritas yang bisa dikatakan ini yang sah atau pun itu yang pakem dari kisah Kebokicak ini. Kiranya perlu pula upaya penulisan cerita ini terus dieksplorasi lebih dalam, konprehensif, dan bagaimana memilih informan yang benar-benar tepat yang selanjutnya data-data wawancara tersebut paling tidak mendekati pada semacam keselarasan dan “satu arus” yang merujuk pada kisahan Kebokicak yang akurat dan yang sebenarnya. Ini menjadi penting untuk pengembangan penelitian ke depan.

Jika merujuk pada penelitian skripsi yang dilakukan oleh Puspita Indriani, mahasiwa Unesa, dengan judul Pengaruh Cerita Rakyat Kebokicak Karang Kejambon Terhadap Masyarakat Pendukungnya (2003), menyebutkan bahwa versi cerita Kebokicak dibagi menjadi dua. Pertama versi abangan, dan yang kedua versi santri. Versi pertama menitik-beratkan pada masa kerajaan Majapahit saat rajanya adalah Brawijaya V. Yang kedua, versi santri yang menyiratkan masa Brawijaya V juga, namun anasir pesantren di daerah yang kini disebut Tebuireng itu dimunculkan dan menjadi lokus sentral.
Selain kita bisa membaca dan menilai dari 13 cerita tersebut, saya ingin melongok sisi lain dalam versi santri serta selubung silsilahnya dan cerita Kebokicak yang sudah pernah ditulis dalam bahasa Jombangan (ludrukan) oleh tokoh ludruk Jombang, Ngaidi Wibowo.

0 comments:

Posting Komentar

Support by: Download Aplikasi Android Gratis - Potongan Rambut Terbaru | New Hairstyle - Informasi Paling Hot Terupdate
Copyright © 2015 Motifunny Design by MOTIFUNNY - All Rights Reserved